Praktikum Kualitas Air Acara 2 - Pengambilan Sampel Air
ACARA
II
“PENGAMBILAN
SAMPEL AIR”
I.
TUJUAN
a. Dapat
menerapkan teknik pengambilan sampel air.
b. Dapat
melaksanaan pengambilan sampel air.
II.
ALAT
DAN BAHAN
a. 2
buah botol air ukuran 150 ml.
b. Peta
lokasi sampel air.
c. Check
list.
III.
DASAR
TEORI
Pengambilan
sampel merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang
akan menentukan hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur
pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan
sampel serta Quality Asurance (QA) dan Quality Control (QC) pengambilan sampel.
Hal penting bagi pengambil sampel sebelum ke lapangan adalah menyusun
perencanaan dalam suatu dokumen yang membantu dalam setiap tahapan pengambilan
sampel secara jelas dan sistematik.
Untuk
mendapatkan sampel yang homogen dilakukan pengambilan sampel yang
representatif, yaitu sampel yang dapat mewakili pada daerah purposif
sekitarnya. Dengan pengambilan sampel yang representatif data hasil pengujian
dapat menggambarkan kualitas lingkungan yang mendekati kondisi sesungguhnya.
Pengambilan
sampel merupakan bagian dari penelitian yang sangat penting, karena sampel
merupakan cerminan dan populasi yang ada. Metode pengambilan sampel menggunakan
metode purposif sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu
(Singarimbun, et al 1989, dalam tesis Azwir 2006). Beberapa hal yang perlu
dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah
1.
Menentukan tujuan pengambilan sampel;
2.
Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai;
3.
Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai
dengan standar atau peraturan tertentu;
4.
Menentukan metode analisis;
5.
Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah
sampling dilakukan secara random atau acak;
6.
Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel
7.
Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel
8.
Menentukan
frekuensi sampling
9.
Menyiapkan pengendalian mutu
10. Menyiapkan dokumentasi (daftar periksa
persiapan pengambilan sampel, formulir rekaman data pengambilan sampel, laporan
pengambilan sampel).
V.
CARA
KERJA
1. Tentukan
lokasi pengambilan sampel.
2. Pada
saat pengambilan sampel, ukur garis lintan dan bujurnya menggunakan GPS pada
tiap titik sampel.
3. Amati
kondisi lingkungan yang ada di sungai.
4. Ketika
pengambilan sampel pengambil sampel harus berada didalam sungai, amati sungai
itu laminer atau turbulen dan termasuk influen atau efluen.
5. Dalam
pengambilan air botol harus berada didalam air.
6. Kemudian
tutup botol tersebut jangan sampai terdapat gelembung.
7. Pengambilan
dilakukan pada 2 titik lokasi, sisi 1 ditengah talia arus dan disisi 2 yang
ditinggalkan tali arus
VI.
HASIL
PRAKTIKUM
Adapun
Tabel Check List Hasil Pengamatan, yakni sebagai berikut:
No
|
Parameter
|
Sampel
|
1
|
Deskripsi
wilayah:
a.
Topografi (kemiringan)
b.
Relief
c.
Penggunaan Lahan
|
20040’
(curam)
Bergelombang
Pemukiman
|
2
|
Sumber
Pencemar
|
Limbah
Rumah Tangga/ MCK
|
3
|
Kondisi
Tubuh air:
a.
Laminer/ Turbulen
b.
Effluen/ Influen
c.
Lurus / Meander
d.
Debit
|
Turbulen
Effluen
Meander
Sedang
|
4
|
Sifat
Fisik:
a.
Kekeruhan
b.
Bau
c.
Rasa
d.
Warna
|
Tinggi
Sedang
Asin
Cokelat
|
1. Koordinat
Titik Pengambilan Sampel:
a. Menggunakan
GPS :X= 0679005, Y= 9120203 dan elevasi= 485 meter (UTM)
b. Menggunakan
GPS HP : 7057’22” S, 112037’26” E dan elevasi 507 meter.
2. Koordinat
Titik Pengukuran Lereng
a. Titik
A :X= 0678994, Y= 9120204 dan
elevasi= 491 meter (UTM)
b. Titik
B :X= 0678997, Y= 9120203 dan
elevasi= 489 meter (UTM)
3. Jarak
A-B : 7,53 meter
4. Sudut
Kemiringan : 20040’ (Curam)
VII.
PEMBAHASAN
Pada
praktikum Kualitas Air Acara II, yaitu pengambilan sampel air dilakukan di
Sungai Brantas daerah bagian Lowokwaru dengan koordinat titik 7057’22”
S, 112037’26” E dan elevasi 507 meter (pengecekan menggunakan GPS
HP). Namun ketika pengecekan titik dilakukan dengan GPS, kita menggunakan
koordinat UTM yaitu X= 0679005, Y= 9120203 dan elevasi= 485 meter. Disini
terjadi perbedaan ketinggian elevasi sebesar 22 meter. Ada beberapa kemungkinan
yang membuat kedua alat ini bisa berbeda. Kemungkinan pertama yaitu tingkat
ketelitian alat, dari hal ini GPS lebih akurat jika dibandingkan dengan GPS HP,
karena GPS pada HP dirancang sebagai fitur tambahan untuk melengkapi fitur
navigasi dan map. Namun keunggulan dari GPS HP, sinyal satelit dapat ditangkap
lewat perantara internet yang sudah terkoneksi di HP.
Topografi
yang ada didaerah ini memiliki kemiringan sebesar 20040’. Hasil ini
diperoleh dari perhitungan sudut kemiringan menggunakan abney level dengan alat
bantu 2 tongkat yalon. Tongkat yalon pertama atau titik A terletak pada
koordinat X= 0678994, Y= 9120204 dan elevasi= 491 meter. Dan tongkat yalon yang
kedua atau titik B terletak pada koordinat X= 0678997, Y= 9120203 dan elevasi=
489 meter. Titik A dan titik B memiliki perbedaan elevasi sebesar 2 meter. Hal
ini wajar karena mengingat jarak titik A ke titik B Agak jauh yaitu 7, 53 meter
dengan kemiringan yang relatif curam.
Jika
mengamati lokasi ini, bentuk relief adalah bergelombang. Hal ini dikarenakan
ketidakberaturan kemiringan daerah simpadan sungai, disamping itu banyak
diantara tepian sungai yang sudah tidak alami seperti adanya teras-teras yang
berfungsi sebagai penahan arus sungai. Relief
adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan
berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar)
suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif
adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan
kelas lereng (% atau derajat), arah lereg, panjang lereng dan bentuk lereng.
Penggunaan
lahan pada objek kajian, sebagian besar digunakan sebagai area pemukiman. Terlihat
sangat jelas jika di bantaran sungai ini banyak sekali rumah-rumah penduduk
yang posisinya membelakangi sungai. Akibatnya banyak limbah rumah tangga/ MCK
menjadi sumber pencemar kualitas air yang ada di sungai ini. Sumber pencemar
tersebut dialirkan melalui pipa-pipa plastik yang langsung terhubung dengan
kamar mandi penduduk. Selain sebagai pemukiman, sebagian kecil daerah di
bantaran sungai ini ditanami pohon pisang dan pohon bambu. Pohon bambu sangat
cocok ditanam pada tepian sungai dikarenakan memiliki akar yang mampu
mempertahankan struktur tanah, sehingga tidak larut terbawa oleh erosi.
Kondisi
tubuh air pada titik lokasi ke-12 ini, tergolong jenis aliran turbulen. Karena
aliran sungai ini bukan hanya lurus tetapi juga berputar karena mendapat aliran
air dari pipa saluran pembuangan MCK, selain itu adanya batu-batu besar
ditengah sungai juga menyebabkan arah aliran air menjadi berbelok. Sungai ini
termasuk kedalam sungai effluen karena air sungai disini disuplai oleh air
tanah yang ada dibawahnya. Air sungai ini tidak pernah mengering walau musim
kemarau. Bentuk sungai adalah berkelok-kelok (meander), hal ini menyebabkan
banyaknya endapan baik lumpur maupun sampah pada daerah yang dijauhi oleh arus
sungai. Debit sungai pada titik lokasi ini relatif sedang
Sifat
fisik sungai brantas yang ada pada titik lokasi ini memiliki tingkat kekeruhan
yang tinggi. Hal ini dapat dibuuktikan dengan tidak terlihatnya batuan yang ada
pada dasar sungai. Selain itu sungai ini memiliki warna cekelat, warna sungai
dipengaruhi oleh adanya pembuangan limbah di dalam sungai. Banyaknya limbah
yang terbuang disungai menyebabkan air sungai menjadi bau. Bau air sungai
disini relatif sedang karena aroma-aroma tersebut dapat terbawa oleh air yang
mengalir mengikuti tali arus sungai. Dikarenakan kebanyakan limbah adalah
limbah rumah tangga. Sehingga air disini memiliki rasa yang asin disebabkan
oleh Urin dan juga cairan keringan penduduk dibantaran sungai yang terbuang
melalui pipa-pipa tadi.
Berdasarkan
pemanfaatan dan hubungan dengan kriteria mutu air, sungai disini termasuk dalam
Golongan C. Karena ikan masih banyak hidup di sungai ini, hal ini dapat
dibuktikan karena setiap petang banyak penduduk disekitar sungai yang
memanfaatkan waktu luangnya untuk memancing di sungai. Sungai ini tidak cocok
digunakan untuk air minum ataupun kebutuhan rumah tangga. Terbukti bahwa banyak
penduduk dibantaran sungai ini sudah terdaftar sebagai pengguna air PDAM.
VIII.
KESIMPULAN
Pada
praktikum Kualitas Air Acara II, yaitu pengambilan sampel air, dapatt ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Dalam
pengambilan sampel harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, agar
hasil yang diperoleh memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.
2. Dalam
menganalisis kondisi wilayah pada sampel disuatu titik lokasi, bukan hanya pengamatan
secara fisik yang dapat dijadikan acuan tetapi juga faktor sosial juga dapat
mempengaaruhi hasil analisis tersebut.
IX.
DAFTAR
PUSTAKA
Victor L. Streeter & E. Benjamin Wylie, Mekanika Fluida (Jilid
I), Penerbit Erlangga
http://www.rsgis.info/2014/02/90-derajat-berapa-persen.html (Diakses pada tanggal 29 Januari 2015, jam
20:35 WIB)
http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/klasifikasi-kemiringan-lereng.html
(Diakses pada tanggal 29 Januari 2015, jam 20:38 WIB)
http://srianikl.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 29 Januari 2015, jam
21:01 WIB)
http://udhnr.blogspot.com/2010/04/tipe-tipe-sungai.html
12:43(Diakses pada tanggal 20 Januari 2015, jam 12:43 WIB)
Komentar
Posting Komentar